“Ditengah dunia yang penuh kebisingan dan kegalauan, dibutuhkan keheningan Adorasi kepada Yesus dalam Sakramen Mahakudus. Bertekunlah dalam doa Adorasi dan ajarkanlah pada umat beriman. Adorasi adalah sumber kelegaan dan terang, terutama bagi mereka yang menderita” Paus benediktus XVI – dalam pertemuan dengan para imam dalam kunjungan pastoral ke Polandia, 25 Mei 2006
Penghormatan Sakramen Maha Kudus mempunyai dasar dari Kitab Suci, yaitu bagaimana kita ingin mengikuti teladan para gembala dan para majus yang menghormati Kristus yang telah lahir dan diam di tengah-tengah kita.
Paus Yohanes Paulus II dalam surat ensikliknya, Gereja dan Ekaristi, mengajarkan,
“… pandangan Gereja selalu terus terarah kepada Tuhannya, yang hadir dalam Sakramen di Altar, yang di dalamnya Gereja menemukan pernyataan sempurna akan kasih Tuhan yang tak terbatas.” (The Church and the Eucharist, 1)
…Adorasi Sakramen Maha Kudus adalah… praktek sehari- hari yang penting dan menjadi sumber kekudusan yang tidak pernah habis… Adalah menyenangkan untuk menghabiskan waktu dengan Kristus, untuk bersandar pada-Nya seperti yang dilakukan oleh murid yang dikasihi-Nya, dan untuk merasakan kasih yang tak terbatas yang ada di dalam hati-Nya.” (The Church and the Eucharist).
Adorasi berasal dari bahasa Latin, Adoratio, yang bermakna sembah sujud. Adorasi Ekaristi adalah tindakan penghormatan dan penyembahan kepada Kristus yang hadir dalam rupa Sakramen Mahakudus. Saat Perjamuan Terakhir, ketika Yesus mengatakan, “Inilah Tubuh-Ku” dan “Inilah Darah-Ku”, iman Katolik percaya bahwa roti dan anggur yang telah dikonsekrasi dalam Perayaan Ekaristi sungguh berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus sendiri. Dengan demikian, berdoa di hadapan Sakramen Ekaristi tersebut, sama dengan berdoa di hadapan Allah sendiri.
Tindakan penyembahan yang bisa kita lakukan ialah ambil bagian dalam Perayaan Ekaristi dengan baik dan menyambut Dia dalam komuni secara pantas, sebab "Barangsiapa dengan cara yang tidak Layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap Tubuh dan Darah Tuhan" (1 Kor 11: 21). Di luar Perayaan Ekaristi, kita dapat mengunjungi dan menyembah Sakramen Mahakudus yang disimpan dalam Tabernakel atau yang ditahtakan, atau juga ketika dibawa dalam sebuah prosesi. Melakukan penyembahan di hadapan Sakramen Mahakudus yang ditahtakan menggunakan bejana yang disebur monstran merupakan bentuk adorasi yang mungkin paling dikenal umat beriman ketika mendengar tentang Adorasi Ekaristi.
Lalu bagaimana pribadi kita saat Adorasi Sakramen Mahakudus? Berikut, beberapa saran mengenai apa yang sebaiknya dilakukan dalam Adorasi Ekaristi pribadi:
Berdoa dari kitab mazmur; Kita dapat memilih Mazmur yang berisi pujian, ucapan syukur, permohonan ampun ataupun permohonan agar didengarkan Tuhan. Atau kita dapat pula mendoakan Ibadat Harian yang dibacakan oleh Gereja sepanjang tahun.
Merenungkan Kitab Suci; Pilihlah satu perikop dalam Kitab Suci. Baca dan renungkanlah, pusatkan perhatian pada ayat yang menyentuh dan mohonlah agar kita dapat memahami apa yang Tuhan inginkan melalui ayat itu.
Curahkan isi hati dan sembahlah Dia; Kita juga bisa mencurahkan isi hati kita kepada-Nya, menyadari bahwa kita berada di dalam hadirat-Nya. Kita dapat berdoa seperti St. Fransiskus Asisi, “Aku meyembah-Mu, O Kristus, yang hadir di sini dan di semua gereja di seluruh dunia, sebab dengan salib suci-Mu Engkau telah menebus dunia.”
Mohon pengampunan dan berdoalah bagi orang sekitar; Berdoalah bagi mereka yang pernah menyakiti hati kita dan memohon rahmat Tuhan bagi mereka. Mohonlah agar Tuhan mengampuni kita, yang juga telah menyakiti sesama/ kurang memperhatikan mereka. Atau, kita dapat berdoa dan bersyukur atas penyelenggaraan Tuhan bagi diri kita, keluarga, ternan-ternan atau sesama.
Berdiam diri dan menikmati kehadiran Allah; Kita dapat pula duduk tenang dalam keheningan, menikmati kehadiran bersama Yesus, seperti halnya kita sedang mengunjungi seorang sahabat.
(Komsos/Etha)
Comments