Brother’s Keeper sebagai semangat orang muda di tengah pandemi
Mari kita mulai dengan cerita klasik dari kitab kejadian tentang Kain dan Habel. Sekilas pasti kita ingat bagaimana Kain membunuh Habel. Kain dan Habel adalah anak Adam dan Hawa. Keduanya memiliki bidang pekerjaannya masing-masing. Yang satu bergelut dalam bidang pertanian dan yang lainnya bergelut di bidang peternakan. Setelah keduanya berhasil dengan bidangnya masing-masing, dipersembahkanlah hasil itu kepada Allah. Dikisahkan bahwa Habel mempersembahkan yang terbaik dari hasil ternaknya sehingga Allah mengindahkan persembahannya. Hal ini membuat Kain menjadi iri sehingga berujung pada pembunuhan Habel. Disinilah letak menariknya, bahwa karena rasa iri di dalam dirinya, Kain melupakan ikatan dasarnya dengan Habel, yaitu sebagai kakak. Ketika ditanya Allah soal Habel, Kain menjawab, “apakah aku ini penjaga adikku?” (Kej 4: 9)
Situasi pandemi covid-19 telah membuat situasi di tengah masyarakat semakin mengerikan. Berkali-kali PSBB dilakukan dengan tujuan menekan angka penularan dan kematian karena virus. Memang hal ini baik untuk dilakukan tetapi secara tidak sadar membuat kita menjadi saling curiga. Efeknya yang paling buruk adalah bahwa kita lebih peduli dengan kesehatan kita saja dan lupa untuk juga memperhatikan kesehatan sesama. Diperparah lagi dengan situasi ekonomi di tengah keluarga yang semakin tidak menentu, bahkan semakin mengkhawatirkan satu dengan yang lain.
Kalau kita mau merenungkan, peristiwa ini mirip dengan apa yang dialami oleh Kain dan Habel. Memang bukan karena pandeminya, melainkan karena rasa khawatir yang berlebih dan iri hati yang tidak memperdulikan sesama. Hubungan Kain dan Habel berakhir dengan rasa tidak peduli, sengaja membunuh dan tidak mengakui hubungan kekerabatan. Pada akhir kisah, Kain menyadari perbuatannya dan menerima hukuman dari Allah. Namun, Allah tetap menjaga Kain dan memberikan berkat yang dibutuhkan. Kita bisa belajar dari apa yang telah Kain lupakan, yaitu menjadi Brother’s Keeper bagi sesama yang ada didekat kita. Bukan, untuk saling menjauh dan sibuk dengan persoalan masing-masing, melainkan untuk membantu, meringankan dan menjaga sesama sampai kita dapat mengatasi masa-masa sulit ini.
Orang Muda memiliki peluang yang besar untuk bisa menjadi brother’s keeper bagi sesamanya. Kesehatan tubuh yang menjanjikan dan pengetahuan era digitalisasi adalah modal dasar yang dapat membantu banyak orang. Persoalan pandemi sekarang ini tidak lagi berkutat pada masalah kesehatan tetapi juga telah menyentuh soal dapur rumah tangga. Bagaimana orang muda dapat menjadi penjaga bagi sesama adalah dengan mengembangkan kemampuan digitalisasinya. Bagikan berita-berita positif, membantu mempromosikan usaha-usaha kecil, dan menggalang kegiataan sosial.
Kini, orang muda dipanggil untuk berinovasi di tengah situasi pandemi. Semua orang sedang berusaha untuk bertahan hidup. Peluangnya adalah membantu banyak orang untuk dapat bertahan hidup dengan usaha-usaha kecil dan sederhana. Maka, semoga orang muda bisa menjadi sahabat yang menjaga sahabatnya dapat bertahan hidup. Jangan sampai kita bersikap seperti Kain yang sengaja “lupa” dengan adiknya. Kita diminta untuk mengingat bahwa ada orang-orang yang juga butuh bantuan dari kemampuan orang-orang muda di masa pandemi ini. Semoga kita dapat menjadi sahabat yang menjaga sahabat dan sesama. Ikatan persaudaraan manusiawi inilah yang menjadi dasar kekuatan kita dapat hidup dan bertahan.
-RD Ambrosius Lolong
Comments