top of page

Lustrum ke-4 Gereja Anak Domba, Ucapan Syukur Umat atas 20 Tahun Berkarya di Masyarakat



Tidak terasa, Gereja Anak Domba, Paroki St. Yohanes Maria Vianney sudah memasuki usia 20 tahun berkarya. Masih segar di ingatan ketika awal perayaan misa dilakukan di bawah tenda yang sangat sederhana dan terkadang harus ‘berjuang’ melawan lumpur ketika musim hujan tiba. Puji Tuhan, 3 tahun sudah umat Cilangkap memiliki rumah doa yang megah dan nyaman untuk memuji Tuhan dan berkarya.

Sebagai wujud rasa syukur, muncul ide dari umat dan Romo Angga juga rekan-rekan Komsos untuk mengadakan peringatan Lustrum bertema “Supaya Mereka Semua Menjadi Satu.” “Hanya dalam waktu satu bulan, kami bergerak cepat, diawali dengan mengadakan pertemuan perdana dengan ketua-ketua wilayah, dewan harian, dan romo untuk membentukk kepanitiaan lustrum,” ungkap ketua panitia Lustrum, Aloysius Joko Putranto.



Lomba disiapkan untuk memeriahkan lustrum ke empat ini, di antaranya jalan santai, lomba tari maumere dan lomba tumpeng untuk kategori wilayah. Kategori OMK, pertandingan futsal, lomba bakiak, gobak sodor dan estafet. Sedangkan untuk kategori anak diadakan lomba anak-anak, makan kerupuk dan mewarnai untuk usia TK dan SD.  Seluruh lomba dilakukan setiap minggu mulai tanggal 21–29 Agustus 2018. Yang menarik, seluruh umat sangat antusias mengikuti semua perlombaan, terbukti semua wilayah mengirimkan perwakilannya pada tiap kategori.


Keunikan lomba ini tidak lepas dari ide Grogorius Krisnanta selaku Koordinator lomba. Ternyata lomba-lomba itu  merupakan ide dari OMK wilayah 6 yang awalnya digunakan untuk memperingati peringatan 17 Agustus. “Bukan hanya saya seorang, tetapi anggota timlah yang menghasilkan ide lomba ini, yang sudah kami rencanakan sejak awal Juni,” jelas Grogorius.


Acara lain yang digagas dan mengulik rasa ingin tahu umat adalah Pagelaran Wayang Gamblang Nusantara bersama Dalang Ki Fathur Gamblang.

Menariknya, 4 Romo ikut ambil bagian dan berlakon sebagai Punakawan.  Romo Angga berperan sebagai Bagong, Romo Boni sebagai Gareng, Romo Didit sebagai Petruk dan Romo Rochadi sebagai Semar. Selain itu, selama tiga hari sebelum acara puncak yang jatuh pada hari Minggu, 5 Agustus 2018, diadakan misa Triduum mulai tanggal 2 Agustus hingga 4 Agustus 2018.


Misa bernapaskan nuansa Betawi terasa begitu kental saat perayaan puncak. Koor Misdinar yang diiringi oleh angklung misdinar dan kelompok Violin Vianney turut memeriahkan misa yang berlangsung selama lebih dari dua jam tersebut. Tak ketinggalan persembahan tarian dan musik dari Sanggar Tari Nawai Grup saat pembuka, pengantar persembahan dan penutup. Panitia memilih tema ini bukannya tanpa alasan. “Mengingat kita tinggal di daerah yang banyak dihuni masyarakat Betawi dan ketersediaan waktu yang sangat terbatas, maka Misa Inkulturasi Betawi menjadi pilihan yang paling tepat,” tambah Pak Joko kembali.



Rangkaian lustrum resmi ditutup dengan membagikan hasil bumi ke umat serta hiburan tarian dari komunitas Dango Khatulistiwa dan penampilan musik dari Komsos Cilangkap.


Bisa dibilang, acara dengan persiapan kurang lebih 1 bulan ini berlangsung sukses. Meski panitia, dalam hal ini diwakili oleh Pak Joko menyadari ada beberapa kekurangan minor dalam pelaksanaan, tapi jika dilihat dari banyaknya proses acara yang digarap, lustrum kali ini merupakan acara ulang tahun yang berkesan. Diharapkan acara ini rutin diadakan untuk menambah semangat dan keakraban umat wilayah serta lingkungan. “Apalagi jika ada piala bergilir yang diperebutkan untuk tahun-tahun mendatang,” ujar Pak Joko menutup wawancara. (Shella)

Comments


bottom of page