Minggu sore, 24 Februari 2019, Pengurus Irrika menyelenggarakan diskusi kebangsaain di Collegio del Verbo Divino (SVD) Roma. Irrika adalah Ikatan Rohaniwan-Rohaniwati Indonesia Katolik yang tinggal di Italia. Dengan mengusung tema “Deradikalisasi Radikalisme Religius di Indonesia” dan menghadirkan Mgr. Ignatius Soeharyo, Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) sekaligus Uskup Agung Jakarta sebagai Narasumber. Acara ini dihadiri lebih dari 100 anggota Irrika yang terdiri dari Imam, Suster, Frater dan Bruder. Hadir pula Duta Besar Republik Indonesia untuk Tahta Suci Vatikan yaitu HE Antonius Agus Sriyono. Selain itu, juga tampak beberapa umat yang hadir.
Satu-satunya di Indonesia
Dalam paparannya, Mgr. Suharyo mengungkapkan kebanggaannya pada Gereja Katolik Indonesia yang mempunyai rumusan teks Doa Prefasi Tanah Air dalam buku Tata Perayaan Ekaristi. “Sejauh saya tahu, teks Doa Prefasi Tanah Air ini hanya ada satu-satunya di Gereja Indonesia. Apakah di Italia sini ada? Apakah para pastor pernah membaca teks Doa Prefasi Tanah Air Italia?”, Tanya Mgr. Suharyo. Peserta yang hadir pun serentak menjawab, “Tidak”.
Lebih lanjut beliau menguraikan, sejarah bangsa Indonesia menjadi tempat Allah melaksanakan karya penyelamatan-Nya. Keyakinan ini terungkap dalam rumusan tersebut. “Berkat jasa begitu banyak tokoh pahlawan, Engkau menumbuhkan kesadaran kami sebagai bangsa, … kami bersyukur atas bahasa yang mempersatukan, … dan atas Pancasila dasar kemerdekaan kami”.
Dalam Doa Prefasi Tanah Air ini, ditegaskan ada 3 tonggak penting sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu Kebangkitan Nasional tahun 1908, sumpah Pemuda tahun 1928, dan Proklamasi tahun 1945. “Ketiga tonggak penting itu sebagai buah perjuanganpara pendahulu kita sekaligus karya Allah. Kita perlu merawat ingatan bersama akan sejarah bangsa kita itu, mengemban tanggung jawab sejarah, apalagi menjelang pemilu 2019 ini. Saya sering mendoakan Doa Prefasi Tanah Air itu dalam misa bersama umat,” tegas Uskup Agung lulusan doktoral Kitab Suci di Universitas Kepausan Urbania, Roma.
Sejak zaman perjuangan, Gereja Katolik sudah terlibat dalam berbangsa dan mencintai tanah air. Orang Katolik Indonesia pantas bangga Karena ada para pendahulu yang telah diakui sebagai pahlawan nasional. “Dari awam ada pak Ignatius Kasimo, dari hierarki ada Mgr. Soegijapranata, dari Angkatan Darat ada Ignatius Slamet Riyadi, Dari Angkatan Laut ada Yosaphat (Yos) Soedarso, dari Angkatan Udara ada Agustinus Adi Sucipto. Kurang apa coba? Jadi, sejak lama, Gereja Katolik sudah terlibat dalam hidup berbangsa dan cinta tanah air Indonesia,” papar Mgr. Suharyo.
Bersama ini, Mgr. Suharyo mengajak umat untuk merawat ingatan bersama atas warisan yang berharga dari para pendahulu untuk cinta tanah air tersebut. “Dari gagasan, kemudian diwujudkan dengan gerakan yang diulang-ulang, akhirnya diharapkan akan menjadi kebiasaan atau habitus”, tegas Uskup Agung Jakarta ini.
Stop Politisi Agama
Acara diskusi makin menarik dengan sesi tanya jawab dan sharing dari para peserta atas pengalaman karya. Salah satunya Pastor Markus Solo, SVD, yang sudah berkarya di Dewan Kepausan Dialog Antar Agama Vatikan bertahun-tahun membagikan pengalamannya mendampingi alm. Kardinal Jean-Lois Tauran dalam menjalin dialog antar agama ke berbagai Negara, termasuk Indonesia.
Seusai penandatanganan Deklarasi Abu Dhabi di Uni Emirat Arab, tutur Pastor Markus Sol, Paus Fransiskus meminta Dewan Kepausan Dialog Antar Agama Vatikan untuk mengawal dan mempromosikan isi deklarasi tersebut.
Paus Fransiskus dan Imam Besar Al-Azhar, Dr . Ahmed At-Tayyeb telah menandatangani Deklarasi Abu Dhabi pada 4 Februari 2019. “Ditegaskan bahwa tindak kekerasan dan kebencian yang mengatasnamakan Tuhan tidak dapat dibenarkan. Stop politisi agama,” papar ahli Islamologi asal Flores Timur, NTT ini.
Diskusi kebangsaan ini dapat terjadi berkat kerja sama Irrika dengan KBRI Vatikan. Kehadiran Mgr. Suharyo di Vatikan menjadi anugerah istimewa bagi Irrika, maka momen ini dimanfaatkan sebaik-baiknya. (Etha, Disadur dari www.sesawi.net/RD. Yoh.Gunawan)
Comments